oemar bakrie

oemar bakrie
pendidikan konyol

Jumat, 28 Januari 2011

skripsi peningkatan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal


1.    PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Menurut Driyarkara (dalam Nanang 1996: 4), pendidikan adalah memanusiakan manusia muda, pengangkatan manusia muda ke taraf mendidik. Selain itu, menurut Poerbakawatja dan Harahap (dalam Sagala 2006: 3), pendidikan merupakan semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahunnya, pengalamannya, kecakapannya, dan keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran yang menekankan ada pendidik yang melayani para siswanya melakukan kegiatan belajar, dan pendidik menilai atau mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa tersebut dengan prosedur yang ditentukan.
Ditinjau dari aspek proses, pendidikan merupakan tindakan dalam rangka mempengaruhi peserta didik. Peserta didik diharapkan mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan, sehingga berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu hambatannya adalah rendahnya mutu pendidikan. Dengan hambatan tersebut akan menjadikan sebuah tantangan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Keberhasilan mutu pendidikan sangat erat kaitannya pada proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.  Menurut pandangan Dimyanti dan Modjiono  (dalam Sagala 2006: 62), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. T. Jersild (dalam Sagala 2006:12), pembelajaran merupakan “Modification of behavior through experiens and training” yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan. Jadi pembelajaran ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Di samping itu, peningkatan mutu pendidikan juga dipengaruhi oleh kompetensi seorang guru dalam mengajar. Guru memiliki tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di sekolah. Menurut Nasotion (2006 : 16), salah satu alat pendidikan yang paling utama adalah guru, dan guru harus memiliki peranan (1) mengkomunikasikan pengetahuan, (2) guru sebagai model, (3) selain itu guru juga menjadi model sebagai pribadi, berdisiplin, cermat berfikir, mencintai mata pelajarannya.
Sebagai pemegang peranan yang sangat penting, guru juga dituntut untuk menguasai berbagai model dan pendekatan mengajar serta terampil dalam menggunakan alat peraga. Dengan kata lain kualitas pembelajaran tergantung kepada kemampuan guru dalam memadukan secara sistematis dan sinergis  guru, kurikulum, bahan belajar, media, fasilitas, sistem, pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikulum.          
Salah satu program pengajaran di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS adalah  mata pelajaran wajib di SD dan juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir Sekolah (UAS). Materi  IPS memfokuskan kajian hubungan antar manusia dan proses membantu pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikembangkan melalui kajian ini ditujukan untuk mencapai keserasian dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan IPS sudah lama dikembangkan dan dilaksanakan dalam kurikulum-kurikulum di Indonesia, khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Menurut Winataputra (2007: 9.3), IPS sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai moral, banyak memuat materi sosial yang  bersifat hapalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk hapalan”. Pembelajaran IPS pada siswa SD harus memperhatikan karakteristik siswa pada usia SD. Guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswanya. Adapun karakteristik dan kebutuhan peserta didik pada usia SD adalah sebagai berikut: (1) anak SD adalah senang bermain (2) senang bergerak (3) anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok (4) anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. (http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/3).
Berdasarkan pendapat di atas maka peran guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa di SD ialah sebagai berikut: (1) guru SD hendaknya melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan terutama untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan didalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai (2) guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan (3) guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi, guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok (4) guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan selama mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Lapangan (PPL) di SDN 69 Kota Bengkulu, ternyata pada mata pelajaran IPS, siswa kelas VD memiliki nilai rata-rata terendah dibanding siswa kelas V lainya. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VD yaitu 6,15. Kondisi ini masih jauh dari standar nilai yang diharapkan. Pembelajaran IPS dikatakan tuntas secara individual apabila siswa di kelas mendapatkan nilai 7,0 ke atas (Depdiknas, 2007: 47), dan pembelajaran secara klasikal dikatakan tuntas apabila siswa di kelas memperoleh nilai 7,0 ke atas sebanyak 75% (Depdiknas, 2007: 62).      
Selain itu, dari hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi IPS di kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu, didapat informasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VD disebabkan pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher Centred). Pendekatan dan metode yang digunakan belum bervariasi sehingga siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran di kelas. Kondisi ini juga menyebabkan siswa pasif sehingga proses pembelajaran yang berlangsung belum maksimal. Di samping itu, selama proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat kurang antusias dan malas membaca materi pelajaran karena kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Selain pembelajaran yang kurang aktif, guru kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu juga menyatakan bahwa siswa kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu bersifat heterogen, baik dari segi bakat, kemampuan, kecerdasan, kreativitas, motivasi, kecepatan belajar, lingkungan, dan latar belakang keluarga. Keadaan tersebut mengakibatkan kemampuan kognitif dan afektif siswa berbeda-beda pula, ada siswa yang pandai, sedang dan kurang. Akhirnya terjadi kesenjangan prestasi diantara mereka. Siswa yang pandai semakin meningkat kemampuan belajarnya sedangkan siswa yang sedang dan kurang tidak mengalami perubahan dalam peningkatan belajar.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka perlu adanya tindakan yang dapat memaksimalkan proses pembelajaran agar siswa lebih aktif. Sebagai solusi dari permasalahan di atas, maka peneliti akan berdiskusi dengan guru kelas untuk melakukan perbaikan terhadap model pembelajaran yang digunakan selama ini, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal.                                                          Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan sosial siswa. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal siswa tidak hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses pembelajaran, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Interaksi sosial siswa pun dapat berkembang dengan baik karena dalam proses pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal ini siswa dituntut untuk mampu bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Model pembelajaran ini juga merupakan salah satu cara untuk mengatasi siswa yang heterogen sehingga dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Penelitian serupa yang relevan yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal. Keaktifan siswa dalam berbagai aktivitas pembelajaran juga dapat ditingkatkan. Seperti yang telah dilakukan oleh Triyono guru kelas IV di SDN Loktabat I (2009), yang membahas tentang model kooperatif tipe berkirim salam dan soal khususnya dalam pembelajaran PKn. Dan hasilnya dapat meningkatkan hasil belajar pada proses belajar mengajar dan dapat mengembangkan rasa tanggung jawab atau solidaritas serta melatih anak mengungkapkan pendapat. (http: //Triyono. Wordpress.yahoo.com.).
Pada penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Eka Puspita Sari, (2009) meneliti  Siswa kelas XI IPA MA Al-Khairaat Kota Gorontalo, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar dan keaktifan siswa dalam berbagai aktivitas pembelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal. (http://www.dokterkimia.com/2010/05/meningkatkan-aktivitas-siswa melalui.html).
Selain itu, penelitian Rafiatun Nisa, (2010) yang meneliti siswa kelas V SDN 29 kota Bengkulu mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan  dengan menerapkan model kooperatif tipe berkirim salam dan soal.                     
            Berdasarkan permasalahan di atas, dan upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran, maka ditetapkan judul penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu “Peningkatan Hasil Belajar dan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran IPS melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Berkirim Salam dan Soal di Kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu”.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1.    Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPS siswa kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu?
2.    Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu?
3.    Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu ?





C.  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.  Meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada pembelajaran  IPS di kelas  VD SDN 69 Kota Bengkulu.
2.  Meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal.
3.  Meningkatkan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal

D.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagi Siswa
a.         Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
b.       Siswa akan lebih memahami materi karena siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui penerapkan Model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal.
2.      Bagi Guru
a.       Membantu guru memperbaiki proses pembelajaran melalui penerapkan Model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal.
b.       Meningkatkan rasa percaya diri guru
c.       Memberikan gambaran tentang model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengajaran dan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPS.
3.      Bagi Peneliti
a.         Sebagai pengalaman dan bekal pengetahuan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran IPS di SD.
b.         Menambah wawasan dalam mengaplikasikan teori yang didapat di bangku kuliah, khususnya dalam PTK.
4.      Bagi Pengelola Sekolah
a.         Dalam rangka peningkatan mutu proses belajar mengajar, khususnya pada mata pelajaran IPS.
b.         Meningkatkan kualitas pendidikan.

 
 II. TINJAUAN PUSTAKA

A.  Belajar dan Pembelajaran
1.      Pengertian Belajar
Belajar menurut Arthur T. Jersild dalam Sagala (2006: 12) adalah “modification of behavior through experience and training” yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan. Dalam mengalami itu anak belajar terus-menerus antara anak didik dengan lingkungannya secara sadar dan sengaja. Belajar sebagai proses akan terarah kepada tercapainya tujuan (goal oriented), dalam aspek ini dapat dilihat dari pihak siswa untuk mencapai sesuatu yang berarti baginya maupun guru sesuai dengan tujuan. Belajar merupakan komponen paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Menurut Witherington (dalam Nana, 2006: 155), belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Belajar mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan belajar menurut Gagne dalam (Anitah 2007: 1.3) adalah, suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. Dari segi proses, belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa, yang dapat diamati guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat dari adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut. Dari segi perubahan perilaku seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Menurut para ahli psikologis tidak semua perubahan perilaku dapat digolongkan ke dalam hasil belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), tempat proses mental, dan emosional terjadi. Dari segi pengalaman belajar adalah mengalami; dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
2.      Pengertian Pembelajaran
Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa, (http//techonly13.wordpress.com). Hal senada juga diungkapkan dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.
Corey (dalam Sagala, 2006: 61), juga mengungkapkan pengertian pembelajaran yaitu suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi–kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Sejalan dengan itu, Dimyati dan Mudjiono dalam (Sagala, 2006: 62), juga menjelaskan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dengan ciri-ciri dan komponen-komponen tertentu yang dirancang dan dikelola untuk memungkinkan terjadinya proses belajar.
3.    Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Menurut Anita (2007: 2.9), hasil belajar adalah perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja, tetapi terpadu secara menyeluruh. Sedangkan Sudjana (2004: 3), menyatakan bahwa hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa sesuai dengan kriteria tertentu. Senada dengan hasil belajar, Sudjana menuturkan bahwa penilaian adalah proses pemberian atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Hasil belajar seseorang juga tergantung pada berbagai faktor antara lain: faktor kurikulum dan proses belajar yang dialami siswa di kelas. Walaupun demikian hasil belajar yang baik juga ditentukan oleh kemampuan guru. Kemampuan guru sangat dominan dalam menentukan strategi pembelajaran, pemilihan pendekatan ataupun metode yang tepat untuk digunakan pada pokok bahasan tertentu. Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni :
“…ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni (a) pengetahuan atau ingatan, (b) pemahaman, (c) aplikasi, (d) analisis, (e) sintesis, dan (e) evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni  (a) penerimaan, (b) jawaban atau reaksi, (c) penilaian, (d) organisasi, dan (e) internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak terdiri dari enam aspek yakni : (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perspektual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan komplek dan (f) gerakan ekspresif. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran…” (Sudjana, 2004: 23).

4.    Keterampilan Sosial Siswa
Keterampilan sosial menurut Sunarto, (2006: 127), merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana seharusnya seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok masyarakat luas. Selain itu, Gunarsya (dalam http:/soaialisasi.individu.freescipt.com.files/2010/08/WEB.pdf), mengataakan bahwa kehidupan anak dalam menelusuri keterampilan pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak-anak sebagai insane yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (2006:128) menyatakan bahwa  : Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari pengertian keterampilan sosial diatas, dapat diuraikan bahwa keterampilan sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas yang didasari oleh kebutuhan sederhana, dan di lanjutkan ke jenjang yang lebih kompleks. Dengan kata lain, semakin dewasa dan bertambahnya umur seseorang, semakin kompleks pula tingkat keterampilan sosialnya.

B.  Hakikat Pembelajaran IPS di SD
1.    Pengertian IPS SD
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari beberapa aspek kehidupan atau satuan perpaduan (Ischak, 2007: 1.30). Hal ini sesuai dengan pendapat Nursid (1997: 128), bahwa hakekat yang dipelajari dalam pembelajaran IPS adalah mempelajari, mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini.
Menurut Behard G. Killer (dalam Oemar, 1992: 6), menyatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah studi yang memberikan pemahaman/ pengertian-pengertian tentang cara-cara manusia hidup, tentang kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, tentang kegiatan-kegiatan dalam usaha memenuhi kebutuhan itu, dan tentang lembaga-lembaga yang dikembangkan sehubungan dengan hal-hal tersebut. Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial itu berkenaan dengan manusia dan hubungannya dengan lingkungan-lingkungan sosial dan lingkungan alamiah.
Pengertian lain dari Ilmu Pengetahuan Sosial ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alamnya, fisik maupun sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi sosial. Dari pengertian tersebut diatas tampak jelas bahwa IPS itu terdiri dari himpunan pengetahuan tentang kehidupan manusia sehari-hari didalam masyarakat (dalam http.//www.blogger.com).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan bidang studi yang mempelajari, menganalisis, dan menelaah gejala dan isu-isu sosial dipermukaan bumi melalui integrasi atau perpaduan berbagai cabang ilmu-ilmu sosial.
2.    Tujuan Pembelajaran IPS SD
Para ahli sering mengaitkan tujuan ilmu pengetahuan sosial dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan. Gross  dalam Etin (2008: 14), menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan “ to prepare student to be well-functioning citizen in a democratic society” tujuan lain dari penddikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.
Tujuan pengajaran IPS (dalam Oemar, 1992: 39), disusun berdasarkan Taksonomi tujuan pendidikan yang berorientasi pada perubahan tingkah laku para siswa, yakni: 1). Pengetahuan dan pemahaman, 2) sikap hidup belajar, 3) nilai-nilai sosial dan sikap, 4) keterampilan.
 Dilihat dari tujuan IPS berdasarkan pengetahuan dan pemahaman adalah salah satu fungsi pengajaran IPS dalam menstransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat, berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada siswa, dan mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas, memberikan informasi dan teknik-teknik, sehingga siswa dapat turut memajukan masyarakat dalam kemajuan bangsa. Sikap belajar IPS diarahkan pada pengembangan dorongan untuk mengetahui, imajinasi, minat belajar kemampuan merumuskan masalah dan hipothesa, pemecahannya, melanjutkan eksplorasi IPS sampai keluar kelas, kemampuan menarik kesimpulan data dan sebagainya.
Dalam pembelajaran IPS siswa membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan dunia sekitarnya sehingga siswa mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur didalam pengajaran IPS. Berdasarkan nilai-nilai sosial yang berkembang didalam masyarakat maka akan berkembang pula sikap-sikap sosialnya. Faktor keluarga, masyarakat dan pribadi/ tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadap perkembangan nilai-nilai dan sikap siswa. Dalam pembelajaran IPS siswa mengajar mengunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, seperti mencari bukti berpikir ilmiah, keterampilan belajar, mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data sosial, merumuskan kesimpulan.
Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permaslahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial dan masyarakatnya.
 Tujuan dari pendidikan IPS di sekolah tidak lain agar dapat menghadapi tantangan yang akan dihadapi anak didik dimasa yang akan datang. Oleh karena itu menurut Nursid (1997: 43), pendidikan IPS bertujuan “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keteranmpilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirnya sendiri serta bagi masyarakat dan negara.
3.    Ruang Lingkup Pembelajaran IPS SD
Ruang lingkup IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a.    Manusia, Tempat, dan Lingkungan
b.    Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
c.    Sistem Sosial dan Budaya
d.   Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan (dalam http://ghofalls.multiply.com)
Ruang lingkup pengajaran pengetahuan sosial di SD meliputi hal-hal yang berkaitan dengan: (1) keluarga; (2) masyarakat setempat; (3) uang; (4) tabungan; (5) pajak; (6) ekonomi setempat; (7) wilayah propinsi; (8) wilayah kepulauan; (9) pemerintahan daerah; (10) Negara RI; dan (11) pengenalan kawasan dunia (Ischak, 2006: 18).
Ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun, karena pada tahapan itu anak membutuhkan pemahaman konsep dengan menggunakan hal-hal yang kongkrit.
Dengan melihat usia anak SD antara 6-12 tahun, guru seharusnya lebih memperhatikan bagaimana cara memilih model atau pendekatan yang sesuai diterapkan pada saat pembelajaran. Karena anak SD pada usia 6-12 tahun baru bisa memahami konsep dengan menggunakan hal-hal yang kongkrit agar mudah dipahami anak. Dengan pemilihan model atau pendekatan yang sesuai diterapkan pada saat pembelajaran IPS maka pembelajaran siswa mengenai pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini dapat tersampaikan dengan baik kepada anak, yaitu dengan mengaitkannya langsung dengan pengalaman anak yang terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari.

4.    Karakteristik IPS SD
Karakteristik IPS SD dalam (http://beduatsuko.blogspot.com), dapat dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya, yaitu:
a.    Materi IPS
Ada lima macam sumber materi IPS antara lain:
1) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
2)  Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
3) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
4)  Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
5)  Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.
b. Strategi Penyampaian pembelajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996: 5).
Sebutan Masa Sekolah Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk bersekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut:
1)   Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
2)   Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3)   Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya, yaitu bahwa pembelajaran IPS mengajarkan siswa mulai dari lingkungan disekitarnya, kegiatan ekonomi, lingkungan geografi dan budaya, kehidupan masa lalu dan masa yang akan datang, untuk pelaksanaannya didalam proses pembelajaran perlu memperhatikan bagaimana strategi penyampaiannya agar pembelajaran IPS lebih ditekankan pada “aspek pendidikan” dari pada “transfer konsep”.



C.  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal

1.    Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative  Learning)

Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan adalah model  pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Menurut Solihatin (2008: 2), model pembelajaran kooperatif beranjak dari pemikiran getting better together, yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Melalui model pembelajaran kooperatif siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses pembelajaran, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain.
Pembelajaran kooperatif  ini memiliki enam fase, setiap fase diikuti oleh tingkah laku yang harus dilakukan oleh guru. Keenam fase dan tingkah laku guru dalam pembelajaran kooperatif ini adalah sebagai berikut.

a.    Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi belajar siswa.
b.    Fase 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
c.    Fase 3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
d.   Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
e.    Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f.     Fase 6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.


Roger dan David dalam Lie ( 2007: 31), mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dikatakan Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan:
a.    Saling ketergantungan yang positif
     Anggota kelompok siswa harus mengatakan bahwa mereka memerlukan kerja sama untuk mencapai tujuan kelompok
b.    Tanggung jawab perseorangan
Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
c.    Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d.   Komunikasi antar anggota
Prinsip ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e.    Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Sejalan dengan itu Depdiknas (2006: 24), menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan tersebut antara lain:
a.    Keterampilan kooperatif tingkat bawah, meliputi menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya dan menghormati perbedaan individu.
b.    Keterampilan tingkat menengah, meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab dan mengurangi ketegangan.
c.    Keterampilan tingkat mahir, meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan dan berkompromi. (Depdiknas, 2006: 24-25)
Menurut Depdiknas (2006: 12), tujuan pembelajaran kooperatif adalah : (1) pencapaian hasil belajar; (2) penerimaan terhadap keragaman; dan (3) pengembangan keterampilan sosial. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu : (1) belajar siswa aktif / student active learning; (2) belajar kerja sama / cooperative learning; (3) pembelajaran partisipatorik; (4) mengajar reaktif / reactive learning; dan (5) pembelajaran yang menyenangkan / joyfull learning, (Depdiknas, 2006: 14)
Menurut Sagala (2006: 215), ada beberapa kebaikan dari model pembelajaran kooperatif ini, antara lain adalah :
a.    Membiasakan siswa bekerja sama menurut paham demokrasi, memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan sikap musyawarah dan bertanggung jawab
b.    Kesadaran akan adanya kelompok menimbulkan rasa kompetitif yang sehat sehingga membangkitkan kemauan belajar dengan sungguh–sungguh
c.    Melatih ketua kelompok menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan membiasakan anggota–anggotanya untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai warga yang patuh pada aturan.
Sagala (2006: 216), juga menjelaskan bahwa di samping kebaikan, model pembelajaran kooperatif ini juga memiliki kelemahan. Kelemahan itu dapat ditinjau dari dua segi, yaitu :
a.    Segi penyusunan kelompok, yakni :
1)   Sulit untuk mebuat kelompok yang homogen, baik intelejensi, bakat dan minat, atau daerah tempat tinggal
2)   Murid-murid yang oleh guru telah dianggap homogen, sering merasa tidak cocok dengan anggota kelompoknya itu
3)   Pengetahuan guru tentang pengelompokan terkadang masih belum mencukupi.
b.    Segi kerja kelompok
1)   Pemimpin kelompok kadang sukar untuk memberikan pengertian kepada anggota, sulit untuk menjelaskan dan mengadakan pembagian kerja
2)   Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin kelompok
3)   Dalam belajar bersama kadang-kadang tidak terkendali sehingga menyimpang dari rencana yang berlarut-larut.
Kelemahan-kelemahan yang melekat dan yang akan ditemui dalam proses pembelajaran bukan berarti melemahkan penggunaannya, melainkan agar dapat diambil langkah mengatasinya. Langkah-langkah untuk mengatasi kelemahan pendekatan ini, menurut Mansyur dalam Sagala (2006: 217), antara lain sebagai berikut :
a.    Guru harus berusaha memperoleh pengetahuan yang luas dalam hal cara menyusun kelompok, baik melalui buku atau dengan bertanya kepada mereka yang telah berpengalaman.
b.    Kumpulkan data tentang siswa untuk menunjang tugas-tugas guru.
c.    Adakan tes sosiometri dan buatlah sosiogram dari kelas yang bersangkutan untuk mengetahui klik atau ada murid yang terisolasi.
d.   Bimbingan terhadap kelompok harus dilakukan terus-menerus.
e.    Usahakan agar jumlah kelompok tidak terlalu besar dan anggotanya dalam waktu tertentu berganti-ganti.
f.     Dalam memberikan motivasi harus menuju pada kompetisi yang sehat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Pembelajaran kooperatif ini memiliki kelebihan dan kelemahan, namun kelemahan tersebut tidak menjadi penghalang dilaksanakannya pembelajaran ini karena guru bisa menyiasati cara untuk mengatasi kelemahan ini. Model pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Diharapkan dalam kelompok tersebut  terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok dengan memperhatikan 5 unsur pendekatan pembelajaran yaitu 1). Saling ketergantungan positif, 2). Tanggung jawab perseorangan, 3). Tatap muka, 4). Komunikasi antaranggota, 5). Evaluasi proses kelompok yang pada akhirnya siswa dapat bekerja secara bersama-sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran IPS di SD, model pembelajaran kooperatif ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan sosial mereka. Dengan melaksanakan pembelajaran secara berkelompok, siswa akan terbiasa untuk mengemukakan pendapat secara baik, menghargai pendapat orang lain, dan membantu jika siswa lain belum menguasai materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS yang menekankan pada kemampuan peserta didik untuk dapat berpikir logis, memiliki kesadaran dan komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk.
2.    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal. Model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman–teman sekelasnya.(Isjoni, 2009: 78).


Dalam rangka lebih mempererat hubungan dalam kelompok, siswa bisa diminta untuk menciptakan sapaan dan sorak khas kelompok. Menyapa tidak harus dengan berjabat tangan. Siswa bisa didorong mengembangkan kreativitas mereka dengan menciptakan cara menyapa rekan–rekan dalam satu kelompok yang disesuaikan dengan identitas kelompok mereka. Demikian pula dengan sorak kelompok. Siswa bisa membuat ungkapan sederhana namun meriah, misalnya “Hebat…hebat…hebat…sehebat Einstein!”. (Lie, 2007: 51)
Menurut Lie (2007: 58), kegiatan yang dilaksanakan pada pendekatan kooperatif tipe berkirim salam dan soal ini adalah sebagai berikut :
a.    Guru membagi siswa dalam kelompok.
b.    Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan dan membagikan materi untuk masing-masing kelompok.
c.    Setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaanan dan membuat  yel-yel yang akan dikirimkan ke kelompok lain, dengan ketentuan kelompok satu menuliskan pertanyaan untuk kelompok dua, kelompok dua menuliskan pertanyaan untuk kelompok tiga, dan seterusnya. Guru bisa mengawasi dan membimbing siswa untuk membuat soal.
d.   Kemudian, masing-masing kelompok mengirimkan satu atau dua orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya.
e.    Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
f.     Setelah selesai, perwakilan masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk menyampaikan jawaban masing-masing dan dicocokkan dengan jawaban kelompok yang membuat soal. Pada tahap ini, guru memberikan bimbingan sambil memantapkan materi pelajaran.
g.    Jika jawaban benar, maka kelompok tersebut mendapat satu poin. Kelompok dengan poin tertinggi akan mendapat reward.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Pada pelaksanaannya, siswa akan dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil yang heterogen. Setiap kelompok akan ditugaskan untuk menciptakan salam dan soal yang akan dikirimkan ke kelompok lain. Proses pembelajaran seperti ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga siswa akan bersemangat dan termotivasi belajar sehingga diharapkan penguasaan materi pun akan lebih baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3.    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal dalam Pembelajaran IPS

Menurut Piaget dalam (http://re-search.com/0805arief7.html.) Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka
pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang
bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (Continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsepkonsep abstrak yang dalam program studi IPS harus diajarkankan kepada siswa SD.
Selain itu, dalam  (http://re-search.com/0805arief7.html.) menjelaskan karakteristik dominan yang di miliki siswa yaitu : Memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik pada dunia sekitar yang mengelilingi mereka (2) senang bermain dan bergembira (3) suka menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan hal-hal baru (3) terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan (4) mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi (5) mereka belajar dengan cara bekerja , mengobservasi, berinisiatif dan mengajar anak-anak lainnya.                                            
Berdasarkan karakteristik anak usia SD yang dijelaskan di atas, maka model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal sangat cocok jika diaplikasikan dalam pembelajaran IPS, karena model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal ini menekankan pada keaktifaan siswa dengan tiga komponen utama dalam belajar, yaitu :
a.    Kerja kelompok
Pembentukan kelompok menurut model kooperatif tipe berkirim salam dan soal adalah kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang yang memiliki kemampuan bervariasi dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam belajar kelompok anggota kelompok yang saling berhubungan dan berpartisipasi memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan bersama. Tiap individu  berhubungan satu sama lain, memberi sumbangan pikiran, saling mempengaruhi, ikut aktif, mendapat pembagian tugas, dan bekerja sama satu satu dengan yang lain. Kerja sama dalam kelompok dapat mengembangkan potensi yang terdapat pada setiap anak.
b.    Permainan
Permainan dalam model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal yaitu dengan dibuatnya yel-yel oleh masing-masing kelompok, permainan ini merupakan trik jitu  yang dapat membuat siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar. Konsep permainan kooperatif tipe berkirim salam dan soal melibatkan semua siswa dalam kelompok. Situasi permainan akan menimbulkan suasana kelas yang menyenangkan disertai permainan akan lebih bermakna dibandingkan dengan kelas yang siswanya hanya tertib menyimak ceramah dari guru.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan sehat yang dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah dalam belajar. persaingan baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi persaingan bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses pembelajaran yang kondusif. Iklim kelas yang lebih kreatif berkompetisi potensial menciptakan masyarakat belajar. Kompetisi sehat yang berlangsung pada anak didik akan membuat mereka jauh dari sifat malas dan kemunafikan. Anak didik berkompetisi untuk menguasai pelajaran dan melibatkan diri dalam belajar. Kondisi seperti inilah yang bisa menghasilkan insan pendidikan yang kompeten.
D.  Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal Dengan Hasil Belajar dan Keterampilan Sosial

Model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil dan membuat pertanyaan sendiri dari materi yang sedang dipelajari untuk dikirimkan ke kelompok lain. Dengan demikian siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya. Selain itu, siswa juga diminta untuk menciptakan salam / yel-yel khas kelompok mereka. Dalam hal ini mereka akan bersaing secara sehat dan merangsang kreativitas mereka untuk menciptakan yel-yel yang unik.
Proses pembelajaran seperti ini akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Selama proses pembelajaran, siswa akan aktif, termotivasi, dan siap mengikuti proses pembelajaran. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ditemui di lapangan terkait dengan kualitas proses pembelajaran yang kurang menyenangkan bagi siswa. Dengan suasana yang menyenangkan, siswa akan merasa lebih nyaman dan bersemangat dalam belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari dan pada akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri.
E.  Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian serupa yang relefan yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal, serta keaktifan siswa dalam berbagai aktivitas pembelajaran juga dapat ditingkatkan. Seperti yang telah dilakukan oleh Triyono guru kelas IV di SDN Loktabat I (2009), yang membahas tentang model kooperatif tipe berkirim salam dan soal khususnya dalam pembelajaran PKn. Dan hasilnya dapat meningkatkan hasil belajar pada proses belajar mengajar dan dapat mengembangkan rasa tanggung jawab atau solidaritas serta melatih anak mengungkapkan pendapat. (http: //Triyono. Wordpress.yahoo.com.).
Pada penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Eka Puspita Sari, (2009) meneliti  Siswa kelas XI IPA MA Al-Khairaat Kota Gorontalo, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar dan keterampilan sosial siswa dalam berbagai aktivitas pembelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal. (http://www.dokterkimia.com/2010/05/meningkatkan-aktivitas-siswa melalui.html).
Selain itu, penelitian Rafiatun Nisa, (2010) yang meneliti siswa kelas V SDN 29 kota Bengkulu mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan  dengan menerapkan model kooperatif tipe berkirim salam dan soal.

Dari uraian penelitian relevan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar  siswa dapat di tingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal.
F.   Kerangka Berpikir
Dengan memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal, maka siswa yang tadinya pasif pada saat proses pembelajaran IPS akan menjadi aktif dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran ini siswa diberikan tugas setiap kelompoknya. Dalam pengerjaaan tugas kelompok, setiap individu siswa dalam kelompok dituntut berpikir bersama dalam membuat soal-soal. Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal setiap individu dalam kelompok dituntut untuk dapat bekerja sama dengan baik dalam proses pembelajaran, sehingga setiap siswa akan memperoleh pengalaman langsung pada saat siswa mengikuti proses pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran kelompok yang akan dilakukan akan membuat setiap individu dalam kelompok  saling berpikir dalam proses pembuatan salam dan soal. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal setiap individu dalam kelompok sangat diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran, sehingga keberhasilan setiap individu dalam kelompok sangat menentukan kelompok berhasil atau tidak. Pada akhir pembelajaran, kelompok yang berhasil tentunya akan diberikan penghargaan yang akan memotivasi siswa dalam pembelajaran. Bagi kelompok yang kurang berhasil akan menjadi pelajaran untuk lebih baik lagi dalam proses pembelajaran berikutnya.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal ini, pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru tidak lagi berpusat pada guru, siswa yang tadinya pasif menjadi aktif selama proses pembelajaran berlangsung, serta pendekatan dan metode pembelajaran pun memiliki variasi. Suasana pembelajaran pun tidak lagi kaku sehingga dapat mendukung pengembangan pengetahuan, sikap, moral, dan keterampilan siswa. Dengan adanya perbaikan proses pembelajaran ini, maka diharapkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang tadinya rendah akan menjadi lebih baik.
Berdasarkan konsep teoretis di atas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan II.1 berikut
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Berkirim Salam dan Soal

Langkah- langkah pembelajaran
· Membagi siswa ke dalam kelompok kecil
· Menjelaskan langkah kerja dan membagi materi tiap kelompok
· Siswa membuat pertanyaan yang akan dikirimkan ke kelompok lain
· Masing-masing kelompok mengirimkan wakilnya untuk menyampaikan salam dan soal ke kelompok lain
· Kelompok mengerjakan soal kiriman
· Kelompok asal menjelaskan jawaban di depan kelas, guru memberikan penilaian dan pemantapan materi.
· Kelompok dengan poin tertinggi akan medapat reward.

Bagan I.1
Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
· Berpusat pada guru
· Siswa pasif
· Pendekatan dan metode kurang bervariasi
· Kurang memanfaatkan media
Hasil

· Aktivitas guru dan siswa meningkat
· Hasil belajar siswa meningkat
 









G. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti merumuskan hipotesis, yaitu :
1.    Jika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran IPS di kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu, maka akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
2.    Jika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal maka akan meningkatkan hasil belajar IPS di kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu.
3.    Jika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal maka akan meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu.

III. METODE PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yaitu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.(Wardani, 2004: 2.32). Untuk lebih jelasnya spiral pelaksanaan tindakan kelas ini dapat digambarkan seperti Bagan III.1 berikut, (Wardani 2004)
Bagan I.2
Spiral Pelaksanaan Tindakan Kelas

Perencanaan
     

Pelaksanaan
Refleksi
Siklus I
           


  Pengamatan
     
Refleksi
Berhasil

Pengamatan
Selesai
Perencanaan
Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan
Siklus II
 

















B.  Subyek Penelitian
Subjek penelitian yaitu guru dan seluruh siswa kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2010/ 2011. Jumlah siswa yaitu sebanyak 31 orang yang terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VD karena berdasarkan data nilai ulangan umum semester 1 diketahui bahwa hasil belajar IPS siswa kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu masih rendah dengan rata-rata 6,15. Siswa kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu memiliki latar belakang suku, agama, jenis kelamin, dan kemampuan ekonomi yang berbeda. Sebagian besar siswa beragama Islam, tetapi ada beberapa siswa yang beragama Kristen. Kebanyakan siswa berasal dari suku-suku yang ada di Propinsi Bengkulu, seperti suku Serawai, Rejang, dll. Orang tua siswa sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang, tetapi ada juga orang tua siswa yang bekerja sebagai PNS, TNI, dll. Ditinjau dari latar belakang ekonomi keluarga, siswa kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah, sehingga perhatian dan dukungan orang tua terhadap perkembangan belajar siswa juga masih kurang. Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari- Maret  Tahun 2011 di SD Negeri 69 Kota Bengkulu, dalam mata pelajaran IPS.





C.  Definisi Operasional
1.    Pembelajaran IPS di SD
Pembelajaran IPS di SD adalah pembinaan generasi penerus usia dini  agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupan, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa  kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik
2.    Model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal
Model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil (tim) yang memiliki tingkat kemampuan dan jenis kelamin berbeda. Selain mengembangkan keterampilan kognitifnya melalui kegiatan pembelajaran dan pembuatan soal, siswa juga dituntut untuk mengembangkan keterampilan afektif dan psikomotoriknya melalui penciptaan salam yang sesuai dengan identitas kelompoknya.
3.    Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan secara seksama supaya perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya dan menyeluruh oleh siswa.
4.    Keterampilan sosial
Keterampilan soaial adalah proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana seharusnya seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok masyarakat luas.

D.  Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di ruang kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu sebagai berikut : 1). Perencanaan (planning), 2). Pelaksanaan (action), 3). pengamatan (observation), dan 4). Penilaian dan refleksi (reflection) (Arikunto, 2008: 87). Secara lebih rinci prosedur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Siklus I
Tahap ini diawali dengan observasi awal untuk melakukan identifikasi masalah sehingga diperoleh permasalahan. Pembelajaran pada siklus I merupakan pembelajaran IPS  pada materi peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal. Sebelum peneliti melakukan tahap perencanaan terlebih dahulu peneliti mengadakan persiaapan yaitu :
1)   Menganalisis kurikulum untuk menentukan SK dan KD
2)   Melihat silabus
3)   Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal.
4)   Menyusun kisi-kisi soal
5)   Mempersiapkan media pembelajaran.
6)   Menyusun alat evaluasi
7)   Menyusun lembar observasi guru dan siswa
8)   Membentuk siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4 orang siswa.
a.    Tahap Perencanaan (Planning)
Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada perencanaan siklus satu adalah :
1)      Kegiatan Membuka
a)    Pra kegiatan
(1)   Guru menyiapkan buku sumber dan RPP
(2)   Berdoa
(3)   Mengecek kehadiran siswa
(4)   Mengondisikan siswa ke arah belajar yang kondusif.
b)      Kegiatan awal
(1)   Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal siswa tentang materi pembelajaran yaitu peristiwa-peristiwa penting di sekitar Proklamasi.
(2)   Guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menuliskannya di papan tulis.


c)        Kegiatan inti
(1)     Guru menyajikan materi secara singkat.
(2)     Guru membimbing siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing.
(3)     Guru menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe berkirim salam dan soal.
(4)     Guru membagikan sub-sub materi yang berbeda kepada masing-masing kelompok.
(5)     Masing-masing kelompok diminta membuat salam dan soal-soal (lima soal) yang akan dikirimkan ke kelompok lain, dengan ketentuan kelompok satu membuat soal untuk kelompok dua, kelompok dua membuat soal untuk kelompok tiga, dan seterusnya hingga nantinya kelompok terakhir akan membuat soal untuk kelompok satu, guru bisa membimbing siswa membuat soal atau menyediakan kisi-kisi soal.
(6)     Siswa melakukan diskusi kelompok.
(7)     Guru memberikan bimbingan dan penguatan.
(8)     Perwakilan masing-masing kelompok mendatangi kelompok lain untuk mengirimkan salam dan soal dari kelompoknya.
(9)     Wakil kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing.
(10)  Setelah itu, masing-masing kelompok mengemukakan   jawabannya di depan kelas, kelompok lain mengamati.
(11)  Guru memantapkan jawaban siswa dengan menggunakan media yang sesuai.
(12)  Setiap jawaban benar akan mendapat 1 poin. Kelompok dengan poin tertinggi akan medapat penghargaan / reward.
(13)  Guru memberi kesempatan bertanya apabila ada yang belum jelas.
d)       Kegiatan Penutup
(1)   Guru membantu siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
(2)   Guru memberikan evaluasi
(3)   Guru memberikan tindak lanjut.
b.   Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun. Proses pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yang terdiri atas dua jam pelajaran dengan rincian setiap jam pelajarannya adalah 35 menit, jadi waktu yang digunakan adalah 70 menit pada masing-masing pertemuan.
c.    Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung 2 orang pengamat (observer) yang terdiri dari guru mata pelajaran IPS SDN 69 Kota Bengkulu yaitu Ibu Dahniar, S.Pd. dan teman sejawat yaitu Edwin Syahputra Jayady mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa, dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
d.   Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang menyangkut penilaian proses, keterampilan maupun hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus selanjutnya.
2.    Siklus II
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I yang menerakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada pembelajaran IPS dengan materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Pelaksanaan siklus II ini lebih ditekankan pada pemberian apersepsi yang menarik dan variatif, penyampaian tujuan pembelajaran dengan rapi dan menarik, penciptaan suasana kelas yang kondusif dan tertib, pemberian bimbingan secara merata, serta penekanan pengunaan alokasi waktu secara efektif. Aspek yang masih kurang pada siklus I diperbaiki dan aspek yang sudah baik dipertahankan dan ditingkatkan lagi. 


Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II diawali dengan persiapan yaitu :
1)   Memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan pada siklus I.
2)   Memperbarui kisi-kisi soal.
3)   Mempersiapkan media pembelajaran yang variatif dan menarik, baik dari segi bentuk, warna, maupun isi media.
4)   Menyusun alat evaluasi.
5)   Menyusun lembar observasi guru dan siswa.
6)   Membentuk siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4 orang siswa yang heterogen.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah :

a.    Tahap Perencanaan (Planning)
Adapun kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah :
1)   Kegiatan Membuka
a)        Pra kegiatan
(1)      Guru menyiapkan buku sumber dan RPP yang telah diperbarui berdasarkan kelemahan disiklus I
(2)      Berdoa
(3)      Mengecek kehadiran siswa
(4)      Mengondisikan siswa ke arah belajar yang benar-benar kondusif.
b)        Kegiatan awal
(1)     Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab yang sifatnya menarik untuk menggali pengetahuan awal siswa tentang materi pembelajaran yaitu perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
(2)     Guru menjabarkan secara rinci tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menuliskannya di papan tulis.
c)        Kegiatan inti
(1)     Guru menyajikan materi pembelajaran secara singkat.
(2)     Guru membimbing siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4 orang siswa.
(3)     Guru membagikan sub-sub materi yang berbeda kepada masing-masing kelompok.
(4)     Masing-masing kelompok diminta membuat salam (yel-yel) dan soal-soal (lima soal) yang akan dikirimkan ke kelompok lain, dengan ketentuan kelompok satu membuat soal untuk kelompok dua, kelompok dua membuat soal untuk kelompok tiga, dan seterusnya hingga nantinya kelompok terakhir akan membuat soal untuk kelompok satu. Guru membimbing siswa membuat soal dan menyediakan kisi-kisi soal.
(5)     Siswa melakukan diskusi kelompok.
(6)     Guru memberikan bimbingan dan penguatan.
(7)     Dengan bimbingan guru, perwakilan masing-masing kelompok mendatangi kelompok lain untuk mengirimkan salam dan soal dari kelompoknya.
(8)     Wakil kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing.
(9)      Setelah itu, masing-masing kelompok mengemukakan jawabannya di depan kelas, kelompok lain mengamati.
(10)  Guru memantapkan jawaban siswa dengan menggunakan media yang sesuai.
(11)  Setiap jawaban benar akan mendapat 1 poin. Kelompok dengan poin tertinggi akan medapat penghargaan / reward.
(12)  Guru memberi kesempatan bertanya apabila ada yang belum jelas.
d)       Kegiatan penutup
a.         Guru membantu siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
b.        Guru memberikan evaluasi
c.         Guru memberikan tindak lanjut. 




b.   Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah diperbarui berdasarkan kelemahan disiklus 1. Proses pembelajaran pada siklus II ini juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yang terdiri atas dua jam pelajaran dengan rincian setiap jam pelajarannya adalah 35 menit, jadi waktu yang digunakan adalah 70 menit pada masing-masing pertemuan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirumuskan yang merupakan perbaikan dari hasil refleksi siklus I.
c.    Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, dua orang pengamat (observer) yang terdiri dari guru mata pelajaran IPS SDN 69 Kota Bengkulu yaitu Ibu Dahniar, S.Pd. dan teman sejawat yaitu Edwin Syahputra Jayady mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa, dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
d.   Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang menyangkut penilaian proses maupun hasil tes. Pada siklus II ini hasil refleksi menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus II ini sudah baik, baik dari penilaian proses maupun hasil belajar. Oleh karena itu, siklus II ini merupakan akhir dari penelitian ini dan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal dapat membantu memperoleh strategi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu sampai taraf yang seharusnya mereka capai (minimal nilai 7,0).

E.  Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.    Lembar Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengamati objek yang diteliti secara teliti serta pencatatannya secara sistematis. Pada penelitian ini yang diobservasi adalah aktivitas peneliti sebagai guru, keaktifan dan keterampilan sosial siswa dalam proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe berkirim salam dan soal. Lembar observasi ini dikembangkan sendiri oleh peneliti. Observasi ini terdiri dari lembar observasi guru yang terdiri dari 14 aspek pengamatan dan lembar observasi siswa yang terdiri dari 14 aspek pengamatan serta keterampilan sosial siswa yang terdiri dari 10 aspek pengamatan. Aspek pengamatan pada lembar observasi guru meliputi :
a.    Guru memberikan apersepsi kepada siswa.
b.    Guru mengemukakan tujuan pembelajaran.
c.    Guru menyajikan materi secara singkat dengan menggunakan media.
d.   Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok kecil.
e.    Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
f.     Guru membimbing siswa melakukan diskusi kelompok pada pembelajaran kooperatif  tipe berkirim salam dan soal.
g.    Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
h.    Guru memberikan penguatan.
i.      Guru memberikan kesempatan kepada setiap wakil kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas.
j.      Guru memantapkan pemahaman siswa mengenai materi diskusi.
k.    Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang bagus setelah pembelajaran.
l.      Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan hasil diskusi.
m.  Guru memberikan evaluasi terhadap siswa.
n.    Guru memberikan tindak lanjut.
Demikian pula dengan aspek yang diamati pada lembar observasi keaktifan siswa adalah sebagai berikut :
a.    Siswa menanggapi apersepsi yang diberikan oleh guru.
b.    Siswa menyimak penyampaian tujuan pembelajaran oleh guru.
c.    Siswa menyimak penyampaian materi secara singkat dengan menggunakan media.
d.   Siswa berada dalam kelompoknya masing-masing.
e.    Siswa menyimak pengarahan guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.
f.     Siswa mengerjakan tugas kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal.
g.    Siswa aktif bertanya.
h.    Siswa memperoleh penguatan dari guru.
i.      Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas .
j.      Siswa memperoleh pemantapan materi dari guru.
k.    Kelompok dengan nilai tertinggi memperoleh penghargaan dari guru.
l.      Bersama guru, siswa dapat mengambil kesimpulan hasil diskusi.
m.  Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi.
n.    Siswa memperoleh tindak lanjut.
Sedangkan lembar observasi keterampilan sosial siswa meliputi 10 aspek pengamatan yaitu :
a.    Menghargai pendapat anggota kelompok.
b.    Senantiasa musyawarah untuk pembagian kerja.
c.    Terbuka terhadap suatu masalah yang dihadapi bersama.
d.   Menghormati pendapat teman yang berbeda dengannya.
e.    Bersedia bergaul dengan teman sekolah tanpa membedakan.
f.     Menerima teman-teman yang berbeda latar belakang budaya, ras, dan agama.
g.    Mengutamakan musyawarah, membuat kesepakatan untuk menyelesaikan masalah.
h.    Memiliki kejujuran dan integritas.
i.      Mau bekerja sama dan berbagi bersama teman.
j.      Memiliki tanggung jawab terhadapat tugas yang diberikan.
Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa pada setiap siklus selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh dua orang pengamat yaitu guru mata pelajaran IPS SDN 69 Kota Bengkulu yaitu Ibu Dahniar, S.Pd. dan teman sejawat yaitu Edwin Syahputra Jayady pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
2.    Lembar tes tertulis
Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis, dan yang menjadi objek adalah siswa. Tes tersebut dilaksanakan setelah proses pembelajaran. Fungsi tes tertulis ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian atau pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang sudah diberikan selama proses pembelajaran berlangsung.  Tes tertulis ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran khusus dari aspek pengetahuan (C1), sampai aspek evaluasi (C6). Lembar tes tertulis ini dikembangkan oleh peneliti yang berpedoman pada kisi-kisi soal berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

F.    Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam empat metode, yaitu sebagai berikut:
1.    Wawancara
Yang dimaksud wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara (Nazir, 2005 : 201). Wawancara dilakukan sebelum dan pada saat penelitian dilaksanakan. Kegiatan wawancara dilakukan kepada guru bidang studi IPS kelas VD SDN 69 Kota Bengkulu yaitu Ibu Dahniar S.Pd. Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui respon atau kesulitan yang dialami siswa dan guru dalam proses pembelajaran serta untuk mengetahui cara mengatasi permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan.
2.    Observasi atau Pengamatan
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dan siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Dalam observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2006: 187).
Kegiatan Observasi ditujukan kepada siswa dan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran. Observasi juga dilaksanakan pada saat pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus 2 untuk mengamati guru yang dalam hal ini adalah peneliti dan aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Observasi bertujuan untuk mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada saat mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, dan penggunaan media pembelajaran pada waktu mengajar (Arikunto, 2006: 187).
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 180). Dalam mengumpulkan data untuk melakukan kegiatan penelitian dilakukan dengan melihat dokumentasi yang ada di sekolah seperti daftar formatif (daftar hadir, buku nilai dan sebagainya) atau sumatif (foto-foto dan lain-lain), dan sumber-sumber lain yang dapat mendukung bagi terlaksananya penelitian. Pengumpulan data ini dilakukan sebelum dan sesudah penelitian tindakan kelas.
4. Tes
Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrumen berupa tes atau soal-soal tes. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan soal evaluasi sebagai tes akhir. Tes akhir ini dilakukan sesudah dilaksanakan tindakan atau dilaksanakan pada setiap akhir siklus.


G. Teknik Analisis Data
1.    Analisis Data Observasi
Data hasil observasi yang diperoleh digunakan untuk merefleksi siklus yang telah dilakukan dan diolah secara deskriptif. Analisis data observasi menggunakan skala penilaian (Sudjana, 2006: 54). Pengukuran skala penilaian pada proses pembelajaran yaitu antara 1 sampai 4. Makna dari nilai tersebut yaitu semakin tinggi nilai yang dihasilkan semakin baik hasil pembelajaran, demikian juga sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh semakin kurang baik proses pembelajaran. Nilai ditentukan pada kisaran nilai untuk tiap kriteria pengamatan. Penentuan nilai untuk tiap kriteria menggunakan persamaan sebagai berikut:
a.    Rata-rata skor =                                                     
b.    Skor tertinggi = Jumlah butir skor x Skor tertinggi tiap kriteria
c.    Skor terendah = Jumlah kriteria skor x Skor terendah tiap criteria

d.   Selisih skor = Skor tertinggi – Skor terendah
e.    Kisaran nilai tiap kriteria =                          
(Sudjana, 2006: 54)
1)      Lembar Observasi untuk Aktivitas Peneliti
Pada lembar observasi aktivitas peneliti sebagai guru terdapat 28 butir pertanyaan dengan kriteria penilaiaan 1 sampai 4. Berdasarkan rumus yang telah disebutkan di atas maka akan diperoleh data sebagai berikut:
a)    Skor tertinggi adalah 112
b)   Skor terendah adalah 28
c)    Selisih skor adalah 84
Kisaran nilai untuk tiap kriteria adalah 
Tabel I.3 : Kriteria penilaian berdasarkan rentang nilai untuk guru
No
Kriteria
Skor
1
Kurang
28 – 48
2
Cukup
49 – 69
3
Baik
70 – 90
4
Amat Baik
91 – 112

2)      lembar observasi untuk aktivitas siswa
Pada lembar observasi siswa terdapat 28 butir pertanyaan dengan kriteria penilaiaan 1 sampai 4. Berdasarkan rumus yang telah disebutkan di atas maka akan diperoleh data sebagai berikut:
a)    Skor tertinggi adalah 112
b)   Skor terendah adalah 28
c)    Selisih skor adalah 84
Kisaran nilai unutk tiap kriteria adalah 
Tabel II.1: Kriteria penilaian berdasarkan rentang nilai untuk siswa
No
Kriteria
Skor
1
Kurang
28 – 48
2
Cukup
 49 – 69
3
Baik
70 – 90
4
Amat Baik
91 – 112

3)      observasi untuk keterampilan sosial siswa
Pada lembar observasi keterampilan sosial siswa terdapat 10 butir pertanyaan dengan kriteria penilaiaan 1 sampai 4. Berdasarkan rumus yang telah disebutkan di atas maka akan diperoleh data sebagai berikut:
d)   Skor tertinggi adalah 40
e)    Skor terendah adalah 10
f)    Selisih skor adalah 30
Kisaran nilai unutk tiap kriteria adalah 
Tabel II.1: Kriteria penilaian berdasarkan rentang nilai untuk keterampilan sosial siswa
No
Kriteria
Skor
1
Kurang
1017
2
Cukup
 1825
3
Baik
2632
4
Amat Baik
3340







2.    Data Tes
Data tes dianalisis dengan menggunakan rata-rata nilai dan kriteria ketuntasan belajar siswa berdasarkan penilaian acuan kriteria KTSP 2006 Secara klasikal proses belajar mengajar dikatakan berhasil atau tuntas apabila di kelas memperoleh nilai lebih dari ≥ 7 sebanyak 75%. Untuk melihat peningkatan prestasi belajar tersebut dapat digunakan rumus sebagai berikut:

a. Nilai Rata-rata
             NR  =
Keterangan:
NR : Nilai Rata-rata
ΣX : Jumlah Nilai
N : Jumlah Siswa                                                (Sudjana, 2004: 33)
b. Persentase Ketuntasan Belajar secara Klasikal
                         KB =   
Keterangan :
KB : Ketuntasan Belajar Klasikal
N1 : Jumlah Siswa yang mendapat Nilai ≥ 7
N : Jumlah Siswa                                                 (Depdiknas, 2006)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar